Angka stunting di Kabupaten Toraja Utara masih berada pada level yang mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting tercatat 27,6 persen, jauh di atas target nasional. Kondisi ini menuntut langkah intervensi yang lebih terukur, tepat sasaran, dan konsisten hingga ke tingkat pelayanan dasar.
Isu tersebut menjadi fokus utama dalam Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Toraja Utara yang digelar pada Selasa, 9 Desember 2025, di Gedung Art Center Rantepao. Rapat ini mempertemukan perangkat daerah, instansi vertikal, tenaga kesehatan, perguruan tinggi, serta camat dan kepala lembang yang berada di garis terdepan pelayanan masyarakat.
Wakil Bupati Toraja Utara sekaligus Ketua TPPS Kabupaten, Andrew Branch Silambi, menegaskan bahwa persoalan gizi di Toraja Utara tidak hanya menyangkut stunting, tetapi juga balita kurus dan kasus berat badan yang tidak mengalami kenaikan. Menurutnya, data tersebut merupakan alarm serius yang tidak bisa ditangani secara parsial.
“Kita membutuhkan kerja keras yang terukur. Data menunjukkan persoalan gizi tidak hanya stunting, tetapi juga balita kurus dan berat badan tidak naik. Ini harus ditangani bersama secara serius dan tepat sasaran,” tegas Wabup Andrew.
Ia juga menyoroti berbagai tantangan di lapangan, mulai dari keterbatasan alat antropometri standar di Posyandu, keterampilan kader yang masih perlu diperkuat, hingga rendahnya tingkat kunjungan balita ke Posyandu. Wabup meminta peran aktif kecamatan dan lembang untuk memastikan pemantauan pertumbuhan balita berjalan optimal.
“Para kepala lembang harus mengawal angka kunjungan Posyandu. Puskesmas juga perlu lebih agresif melakukan deteksi dini dan penanganan balita yang bermasalah gizi,” ujarnya.
Pada sesi pemaparan materi, Plt. Ka. Dinas Kesehatan Toraja Utara, dr. Remen Taulabi dari menjelaskan bahwa percepatan penurunan stunting membutuhkan intervensi spesifik dan sensitif yang berkelanjutan. Fokus utama diarahkan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari edukasi calon pengantin, pendampingan ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, hingga pemantauan pertumbuhan anak secara konsisten.
“Stunting bukan hanya soal tinggi badan, tetapi menyangkut perkembangan otak dan produktivitas anak di masa dewasa. Intervensi paling efektif ada pada 1000 hari pertama kehidupan,” jelasnya.
Diskominfo-SP - 2025














